Minggu, 19 Juni 2011

COLONG START

"Mba, Wahyu sudah gak ada.."

Sudah biasa saya menerima pesan seperti di atas, dengan nama yang berbeda-beda.
Sudah biasa saya bercerita mengenai pasien-pasien Kanker Anak yang sudah di rumahkan, bagaimana mereka 'menunggu' keputusan ALLAH SWT.

Namun, tidak pernah terbiasa saat melihat ulang photo-photo atau pesan-pesan SMS dari mereka atau dari keluarga mereka.

BUKAN ANAK-ANAK KU, BAHKAN ADA YANG BELUM PERNAH BERTEMU MUKA DENGAN KU, NAMUN SELALU DEKAT DENGAN KALBU.

Suteja, Adzi, Qalista, Wahyu dan lain-lain TIDAK SEKEDAR NAMA untuk ku.. Mereka adalah guru-guru di kehidupanku ini.

ALLAH sedang mengajarkan ku sesuatu yang besar, lebih besar dari kehidupan. Terkadang ketakutan datang menyelinap, apakah IA sedang mempersiapkan diriku? Bukankah kematian begitu dekat?

Menerima pesan dari kawanku Marah Adil :

"Mati
Tewas
Meninggal
Mangkat
Wafat
Mendahului…

Apapun sebutan yang kita sematkan kepadanya untuk membuatnya terdengar lebih baik, tetap hanya bermuara kepada satu kesimpulan ; berakhirnya kehidupan!

Pagi ini PS menerima kabar dari @inagibol sahabat PS dari Komunitas Berbagi. Mengabarkan berita kematian dari salah seorang anak penderita kanker. Udara kematian mengapung seolah keluar menembus huruf demi huruf dari pesan singkat itu. Seakan membawa melodi pilu dari denting langkah kematian.

Sesaat senyap

PS menghela nafas panjang dan menghempaskannya dengan letih.

Ini adalah kabar kedua yang PS terima dari sahabat berbagi setelah sebelumnya anak asuh mereka juga dipanggil oleh Tuhan untuk bermanja-manja dalam pangkuan-Nya. Waktu itu seluruh tubuh bergetar ketika sahabat berbagi mengirimkan rekaman suara anak itu menyanyikan bait demi bait lagu "Jangan Menyerah". Seperti lagu kesedihan yang menggedor hati nurani kita yang kuat dan sehat.

Siapa mereka? PS bahkan belum pernah berjumpa sekalipun dengan kedua anak itu. Tapi serasa ada kesedihan dan perih yang menyayat-nyayat hati ini. Bagaimana tidak, selama hampir 2 tahun PS berdiri, banyak sudah PS melihat mereka yang diberi keadaan yang tidak seberuntung kita. Sementara kita yang dikarunia rezeki yang berlebih dan kesehatan yang memadai hampir belum melakukan apa-apa untuk membantu mereka.

Apakah alasan Tuhan memanggil mereka selain ajal yang sudah digariskan? Apakah dengan kematian seseorang berarti satu ladang amal dari Tuhan telah ditarik dari hadapan kita? Apakah Tuhan merasa kita tidak maksimal membantu mereka yang disediakan-Nya sebagai obat melembutkan hati kita yang keras dan beku?

Semua hanyalah pertanyaan, sampai kematian itu juga akhirnya menghampiri kita.. Seperti hitungan mundur pada malam tahun baru.

Detik demi detik

Semakin mendekat

Tuhan, kami hamba-Mu yang banyak dosa"

Air mata yang sejak pagi tertahan akhirnya berlinang juga..
Jiwa-jiwa muda ini colongan start..
Hitungan mundur..
5, 4, 3, 2, 1.. Innalillahiwa'innaillahi rojiun.. Semua akan kembali kepada Sang Pencipta..

Mengingat mati adalah cara terbaik untuk menyadari kebesaran ALLAH ..
Mengumpulkan pahala sebanyak mungkin adalah bekal kematian terbaik ..

That's what I'm gonna do..
Bismillah..

Persembahan untuk jiwa-jiwa muda yang telah gembira bermain di pangkuan Rabbi, Singkat usia namun sarat makna.
Kita akan bercengkrama pada saatnya. (Kindly save the best seat for me..)

Ina Madjidhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar