Sembari ku berjalan kaki menuju tempat peristirahatan terakhir Nur Rifa, aku berpikir "Hmmm, si non kecil ini pinter banget ngerjain Wiro, hampir sebulan lebih Wiro menghindar ketemu dengan tubuh kurusnya, hari ini tiada jalan untuk berkelit, dan saat kain putih itu disingkap aku melihatnya tertidur sambil tersenyum.."
"Looooh? Kok sekarang cantik begini?" Tanyaku spontan mengundang senyum Ibu Nanih.
"Iya,bu.. Kemarin-kemarin tulang semua ya?" Ujarnya.
*pengen lakban mulut sendiri deh dengan kespontanan ku ini*
Sendiri diantara ibu-ibu warga sekitar yang tak henti memandangku dan mengkhawatirkan kakiku terkena becek tanah liat, aku kagum akan kekeluargaan mereka, semua dikerjakan sendiri dalam pengurusan jenazah. Dan sangat sistematik hingga cepat selesai dari memandikan hingga siap dibawa ke makam. Rasa #BERBAGI yang kental diantara sesama sangat menentramkan jiwaku.
Selepas memakamkan Rifa aku tetap duduk di depan rumah mereka ngobrol, mendengarkan cerita selama Rifa di rawat di RS Anak Harapan Kita.
Maghrib hampir menjelang saat ku berpamitan kepada keluarga sederhana ini.
"Jangan putus silaturahmi." Pesanku..
Silaturahmi hanya terputus oleh maut, seperti gadis kecil Rifa yang melahirkan tali silaturahmi antara aku dan keluarganya, juga kepada Pak Lukman yang sangat berperan dalam memberikan bantuan pada Rifa.
I SAY HELO, AND YOU SAY GOODBYE,RIFA..
Ya ALLAH ,
Pelajaran telah diterima, masih di cerna.
Tiada yang tak bermanfaat, semua ciptaan ALLAH di dunia ini..
Partikel debu pun memiliki manfaat..
Maka aku adalah debu..
Wiro out.
http://berbagi-itu-nikmat.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar